Saling nasihat menasihatilah kamu dalam kebajikan



Masa depan seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan dirinya dalam mengatasi berbagai kesulitan di masa sekarang. Banyak orang-orang yang siap dan tahan bantingan di masa silam ia ternyata pantas untuk meraih sesuatu kemenangan sekarang.

Senin, 05 April 2010

APAKAH MENTARI ITU

Selasa, 2 Januari 2007

“Iwan,wan bangun!! Udah siang nih”. (teriak ibuku dari arah dapur).
Sambil mencuci ia terus memanggil kakakku. Tiap pagi sudah rutinan, ibu sebagai jam waker untuk keluargaku. Pagi-pagi sekali sekitar pukul 3.30, ayah harus berangkat kerja. Sudah pasti ibulah orang pertama yang membangunkan seisi rumah, kira-kira pukul 3.00 ibu sudah bangun.
“Wan! Sekarang udah jam 5 nanti kamu telat lagi, ga dapet naek kreta!”(omel ibuku)
“Bu, udah abang ga usah dibangunin, lagian kalo telat, dia juga yang rugi” (sahutku dari kamar)
Tiap pagi teriakan ibulah yang membangunkanku dan abangku dari tidur. Kami selalu menganggap suara ibu adalah pengganggu mimpi indah.
Hampir sejam ibuku membangunkan abangku akhirnya dia bangun juga. Walaupun aku sebal dengan teriakan ibu tiap pagi, aku sih masih nurut! beda dengan abangku Heran deh orang mau kerja tapi ga niat banget untuk bangun pagi.
“Bu, aku berangkat kuliah dulu ya, assalamu ‘alaiku”(salamku pagi itu)
“Iya, walaikum salam, ati-ati ya..”(jawab dia).

13.45 WIB
Hari itu aku pulang cepat sehabis menyelesaikan revisi tugas akhirku, sesampainya dirumah seperti biasa hanya ibu yang kudapat.
“Rina nanti anterin ibu ke dokter ya?”(pinta ibuku)
“Emangnya kenapa bu…ibu sakit lagi…?”(tanyaku cemas)
“Iya, dari tadi badan ibu terasa gemeteran, trus dada ibu terasa sakit”(jawab ibuku)
“Ya ampun, ya udah ibu istirahat aja dulu, nanti sehabis magrib saya anterin ke dokter”(jawabku)
Aku jadi khawatir , sepertinya penyakit jantung ibu kumat lagi. Dulu waktu aku masih kecil ibu sering sekali dirawat dirumah sakit, sampai-sampai nenek didatangkan untuk merawat aku dan abangku. Hal itu berjalan sampi aku berusia 10 tahun. Sejak itu alhamdulillah ibu tidak pernah dirawat lagi.
“Tadi gimana..revisinya, selesaikan..?”(tanya ibuku)
“Iya tenang aja bu, beres pokoknya”(jawabku bangga)
“Baguslah, nanti saat wisuda kamu pake kebaya yang udah ibu jahitkan ya” (senangnya ibuku)
“Iya, kita kan udah janjian untuk pake baju yang warnanya sama.”(jawabku riang)

“””””””””””””””
Kamis, 18 januari 2007
Penyakit ibu kambuh lagi sampai-sampai beliau jatuh pinsan.
“Melihat keadaan ibu, sebaiknya ibu dirawat inap di rumah sakit untuk istirahat beberapa hari.” (terang dokter)
“Ngga usah dok, saya sudah ga apa-apa kok, istirahat di rumah juga sembuh.”(jawab ibu meyakinkan)
“Kalau ibu tidak dirawat di rumah sakit dikhawatirkan ibu akan pinsan lagi dan lebih gawat lagi jika ibu pinsan dan di rumah tidak ada orang.”(terang dokter dengan rinci)
Tapi dengan berbagai alasan ibu menolak perkataan dokter tersebut. Walaupun kami membujuk ibu agar dirawat tetap saja ibu meminta agar berobat jalan. Kami pun tidak dapat memaksakan hal itu. Sejak itu aku terus mengantar ibu untuk berobat jalan, dikarenakan ayah dan abangku sibuk akan pekerjaannya.
Mengantar ibu merupakan agenda rutinku sekarang untuk mengisi liburan menjelang wisuda ku. Setiap kali kami berbincang, ibu tidak pernah membahas penyakitnya. Dia sangat antusias dengan wisudaku. Ibu sudah merencanakan persiapan wisudaku jauh- jauh hari. Dia ingin sekali memakai kebaya yang sama denganku. Belum lagi ibu mulai merencanakan pernikahan abangku dan aku.
“Wey, wisuda saja belum, masa udah mau nikah, abang aja belum kelihatan calonnya”(celotehku)
“Ya, kalo rencana sih boleh-boleh aja, lagi pula 2bulan lagi kamu kan sudah wisuda, terus kerja dan nggak lama lagi pasti kamu nikah, iyakan…(ledek ibuku)
Dasar ibuku yang satu ini, selalu begitu. Setiap saat, yang ada selalu memikirkan ayah, abangku dan aku.
Padahal setiap aku melihat wajahnya tampak sekali keletihan dan garis-garis kerut diwajahnya mulai tampak.

“””””””””””””””
Jum’at, 23 Februari 2007
Sudah dua hari ini aku menginap di rumah temanku. Aku masih harus mengurus segala hal mengenai wisudaku. Sore itu aku mendapat telepon dari ayahku
“Hallo, ada apa yah..?”(tanyaku cemas)
“Gawat, na! Penyakit jantung ibu, kumat lagi.”(jawab ayahku panik)
“Innalillahi, trus sekarang ibu ada di mana yah?(tanyaku ikut panik)
“Sekarang lebih baik kamu pulang aja dulu kerumah, soalnya nenek dan abangmu ada di rumah, nanti kamu kerumah sakit bareng mereka aja.”(penjelasannya yang semakin membuatku panik)
“Iya, yah aku segera pulang” (jawabku cepat)
Tanpa pikir panjang lagi, saat itu aku langsung pulang membawa seribu tanya di hati. Selama perjalanan pikiranku terus berputar, kenapa suara ayah begitu panik…kenapa nenek dating…apa ada hal yang gawat…?
Sesampainya di rumah, aku, nenek dan abangku langsung berangkat ke rumah sakit

18.15 WIB
Saat itu wajah ayah yang pertama menyambutku, tampak sekali wajahnya pucat.
“Ayah gimana keadaan ibu…?”(tanyaku cemas)
Ayah diam seribu bahasa tidak menggubris pertanyaanku.
“Yah, ayah gimana kabar ibu, ibu di mana yah..? (balas Tanya abangku pada ayah)
“Tolong kalian tenangkan diri dulu.”(jawab ayahku rendah)
“Iya, yah kami ingin tahu kondisi ibu sekarang ibu dimana..?” (balas tanya abangku)
“I..i..ibbu kalian sudah tiada”(jawab ayahku gemetar)
“Innalillahi wa innalillahi raji’un, ibu……..”(hanya kata itu yang aku dan abangku ucapkan ketika itu)
Saat itu bagaikan petir menyambar, sekujur badanku lemas seketika hingga aku terjatuh pinsan.
“Na..na..kamu sudah bisa dengar suara nenek..?(sayup-sayup suara nenek memanggilku)
“Nek, nek ibu di mana..?(tanyaku lemas ketika mulai tersadar)
“Tenang, sekarang ibu masih berada di ruangannya, ayah dan abangmu sedang mengurus biaya administrasi dan sebentar lagi ibumu akan dibawa pulang.”(jawab nenekku sendu)
“Ya udah nek, aku ingin melihat ibu.” (aku langsung bangun bergegas)
“Kamu sudah kuat?(tanya nenek)
“Iya, nek aku ingin melihat ibu..(pintaku)
“Ya sudah,Yuk kita sama-sama menemui ibumu.” (ajak nenek)
Setelah mengurus biaya administrasi rumah sakit kami langsung membawa jasad ibu kerumah untuk di kebumikan esok hari.
Selama perjalanan ku ingat-ingat wajah ibuku ketika tersenyum, bicara, maupun saat mengomeliku. Tiada hari, jam, ataupun detik yang dapat mengembalikan kenangan itu.
Sudah sampai dipenghujung perjalanan 22 tahun sudah aku bersama ibuku tersayang yang tak pernah mengeluh akan kondisinya melawan penyakitnya. Malah dialah yang terus mendoakan aku siang dan malam agar aku berhasil kelak.

“””””””””””””””
Sabtu, 3 Maret 2007
Teng…Teng…..Teng …jam dinding rumah berbunyi menunjukkan sekarang pukul 4.00 pagi. Terasa sekali sesuatu yang kurindukan . Suara itu sudah tidak terdengar lagi, suara yang dulu aku anggap bising kini hanya tinggal kenangan. Hari ini sepertinya ada yang berubah..ayah, abangku, dan aku sudah bangun lebih awal. Sekarang aku baru sadar apakah mentari itu sebenarnya, mentari yang selalu bersinar membangunkanku dipagi hari, ia dialah ibuku, ibuku yang selalu setia menjadi mentari di rumahku. Walaupun sekarang ia tidak ada di sini, kehangatannya akan terus berada di rumah ini.
“Rina..udah siap belum..? Masa calon sarjana telat datang wisudanya…(ledek ayahku)
“Tenang Yah, aku ambil tas dulu ya..(jawabku terang)
Ibu sekarang aku sudah jadi sarjana loh…………….
‘Ya Allah nikmatmu yang paling besar adalah ketika kau berikan ibu , ibu yang paling ku sayangi ini. Walaupu ia tidak dapat menikmati masa tuanya dengan melihat anak-anaknya telah berhasil. Aku harap engaku membalas ia di surga-Mu


catatan kecil:
cerita ini gw tulis wkt gw masih kuliah untuk sebuah lomba cerpen dan keadaan keluarga masih lengkap...tapi entah mengapa kisah ini menjadi kenyataan untuk hidup gw...

By : irma yang selalu mencintai Allah…
Sumber (hak cipta/copy right) : 
irma listiani
(mamie-irma.blogspot.com)
(mo copas tulisan ini???monggo asal tulis sumbernya yahhhhh n follow my blog)

3 komentar:

  1. Mih gw kira lo nulis ini justru baru baru setelah lo kehilangan sang mentari, gw jadi kaget pas baca catetan kecilnya... tapi memang terkadang contekan itu selalu ada dari Allah supaya gak kaget pas ketemu soal ujiannya..

    BalasHapus
  2. @vira : ia gw tulis wkt kuliah u lomba cerpen e....malah jadi kenyataan, agak sebel jg c sm ni tulisan jd ky mendoakan diri sendiri..hixx..hixx.....dan u kedepannya insyaallah gw ga mau bwt cerpen y ga happy end lagi....heheheh

    BalasHapus